Thursday, November 5, 2009

Takdir dan usaha

Banyak pertanyaan yang timbul dalam masyarakat kita. Kenapa kita harus berusaha sedangkan Allah telah menetapkan taqdir pada kita? Inilah yang harus dijawab supaya umat Islam tidak menjadi umat yang statis jika kita salah memahami konsep taqdir.

Taqdir dan usaha adalah dua sisi yang berbeda, dimana taqdir berhubungan dengan amalan hati sedangkan usaha adalah amalan fisik, tidak salah jika mengabungkan keduanya.

Ambil contoh perbezaan antara amalan hati dan fisik. Mengimani Allah tidak bererti meninggal ibadah padaNya. Mengimani rasul tidak bererti meninggalkan sunnahnya. Mengimani Quran tidak bererti meninggalkan membacanya, memahami, melaksanakan hukum hukumnya serta berhenti memperjuangkan tegaknya perintahnya. Demikian pula mengimani taqdir tidak diertikan meninggalkan usaha dan kerja keras.

Itulah sebab mengapa mengimani qada’ dan qadar ( taqdir ) dimasukan pada rukun iman yang enam bukan pada rukun Islam.

Sungguh bijak ungkapan Imam Al Juazi. Jika ada orang yang bertanya : Mengapa kita harus berusaha sedang taqdir telah mendahului kita? Maka katakanlah pada orang itu : Mengapa kita tidak berusaha sedang yang membuat taqdir menyuruh kita berusaha?

Benarlah firman Allah SWT “Apabila sudah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak banyak supaya kamu beruntung ( QS Al Jummah : 10 )

Daripada ayat tersebut kita mengetahui bahwa mengingat Allah banyak banyak tidak bermakna meninggalkan usaha. Disinilah perlunya umat Islam memahami Quran secara syamil agar tidak di perkotak-katikan oleh musuh musuh Islam.

Napoleon Banaparte ketika memasuki Mesir sempat mengunakan dalil taqdir untuk melemahkan perlawanan umat dengan ucapannya yang terkenal “ Kalian memang ditaqdirkan untuk dijajah! Namun masih ada yang bisa membalas ucapan ini : Jika dijajah adalah taqdir maka melawan penjajahan juga taqdir”. Mungkin mereka para pahlawan Islam itu mengambil dari ucapan Umar bin Khatab. “Lari dari taqdir Allah kepada taqdir Allah.”

Pemahaman taqdir secara separuh separuh akan mengakibatkan keterlambatan umat dalam mengejar ketinggalannya. Maka selamanyalah umat Islam dibawah telapak kaki kafir.

Sirah Rasul jelas mengatakan bahwa baginda tidak meninggalkan usaha dengan alasan taqdir ,sedangkan baginda SAW adalah manusia yang paling bertawwakkal pada Allah. Demikian pula Nabi Nabi sebelum baginda tidak satupun hanya duduk menunggu pertolongan dan rezeki dari langit. Ketika Zaman Nabi Musa a.s, Allah mengarahkan Nabinya mengetuk laut dengan tongkat untuk membuka jalan sewaktu nabi Musa melarikan diri daripada Firaun dan tenteranya. Jika diikutkan akal, tak perlulah menggunakan tongkat, terus jalan dibuka. Pun begitu, Allah mahukan hambanya berusaha, mengetuk tongkat dengan laut adalah salah satu usaha Nabi Allah. Analoginya seperti hendak masuk ke dalam rumah. Mana mungkin dapat masuk ke dalam, tanpa kita membuka pintu. Jadi buka pintu adalah usaha.

Benarlah ucapan ulama’ “Bertawwakkal adalah jiwa Rasulullah sedangkan kerja keras adalah Sunnahnya”

Berusahalah..Buatlah apa yang terbaik untuk diri kita..Allah pasti tak akan mensia-siakan usaha hambaNya. Redhailah dengan takdir yang menimpa diri..Jangan berkeluh kesah. Sesungguhnya Allah memberi apa yang kita perlu bukan apa yang kita mahu.

Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

.: Pegangan Da'ie :.

Ana ramyun min rimayatil Islam, farmi ainama syi'ta

(aku adalah anak panah daripada panahan Islam, kemana saja aku dicampakkan, disitulah aku akan berjuang')



'aslif nafsak wad'u ghairak (Perbaiki diri dan sampaikan pada yg lain)